SPEKTROFOTOMETER
OLEH KELOMPOK 5 :
1.
NI
MADE RATIH DWI MARLINI (P07134015028)
2.
DYAH
DEVIYANTI (P07134015032)
3.
REBECA
VALENTIANA (P07134015035)
4.
NI
WAYAN EKA SUCITAWATI (P07134015042)
5.
SRI
LESTARI (P07134015052)
6.
NI
MADE DWI KARTIKA LARASUCI (P07134015055)
PRODI D III
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN DENPASAR
TAHUN AKADEMIK
2015/2016
- Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan salah satu
jenis teknik dari spektroskopi yang mempelajari tentang absorpsi dan emisi
radiasi dari suatu senyawa. Radiasi tersebut didasarkan atas gelombang
elektromagnetik dengan kecepatan m/detik. Gelombang
elektromagnetik tersebut dapat diketahui panjang gelombangnya dari spektrum
sinar yang dibiaskan. Spektrum-spektrum tersebut dibagi menjadi dua yakni
cahaya tampak dan cahaya tak tampak. Dengan adanya spektrum inilah, maka
dapat digunakan untuk menganalisa suatu senyawa atau mikrobia dalam dalam
sejumlah penelitian. Alat yang bertindak untuk spektrofotometri disebut spektrofotometer.
Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absorbani dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut
akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang
dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan
di dalam kuvet.
Analisis
kimia dengan metode spektrofotometri didasarkan pada interaksi radiasi
elektromagnetik (sinar) dengan materi. Interaksi tersebut meliputi proses
absorpsi, emisi, refleksi dan transmisi radiasi elektromagnetik oleh atom-atom
atau molekul dalam suatu materi.
Spektroskopi
berhubungan dengan pengukuran dan interpretasi radiasi elektromagnetik yang
diserap atau diemisikan ketika molekul, atom, atau ion dari suatu sampel
bergerak dari satu tingkat energi tertentu ke tingkat energi lainnya. Setiap
atom, ion, atau molekul mempunyai hubungan khas dengan radiasi elektromagnetik.
Spektroskopi bisa berkaitan dengan perubahan energi rotasi, energi vibrasi
ataupun energi elektronik sebagai akibat penyerapan radiasi.
A. Cahaya dan Sifat-Sifatnya
Cahaya adalah suatu bentuk energi dan merupakan radiasi
elektromagnetik. Bagian kecil dari radiasi elektromagnetik adalah cahaya tampak
yang dapat dilihat langsung oleh mata. Cahaya dapat dikatakan sebagai
rangsangan yang diterima oleh panca indra mata. Dalam menerima rangsangan
tersebut ada keterbatasan pada diri manusia yaitu hanya dapat mengidentifikasi
cahaya pada panjang gelombang 380-780 nm, yang dikenal sebagai cahaya tampak (
visible light).
Tabel panjang gelombang warna dan
warna komplementer
Panjang
Gelombang (nm)
|
Warna
|
Warna
Komplementer
|
< 380
|
UV
|
|
380 – 435
|
Violet
|
Hijau Kekuningan
|
435 – 480
|
Biru
|
Kuning
|
480 – 490
|
Biru Kehijauan
|
Jingga
|
490 – 500
|
Hijau Kebiruan
|
Merah
|
500 – 560
|
Hijau
|
Ungu Kemerahan
|
560 – 580
|
Hijau Kekuningan
|
Violet
|
580 – 595
|
Kuning
|
Biru
|
595 – 650
|
Jingga
|
Biru Kehijauan
|
650 – 780
|
Merah
|
Hijau Kebiruan
|
> 780
|
Infra Merah
|
Radiasi
elektromagnetik mencakup kisaran panjang gelombang yang sangat besar. Sesuai
dengan kisaran panjang gelombangnya, maka energi juga beragam pula. Sinar-x
mempunyai energi yang cukup untuk mempengaruhi elektron dalam, sedangkan sinar
uv hanya cukup untuk mempengaruhi elektron valensi. Sementara itu radiasi infra
merah hanya cukup untuk mempengaruhi vibrasi dan rotasi molekul.
Sinar X memiliki panjang gelombang yang pendek, tetapi
berenergi tinggi. Sinar X dapat melalui padatan atau cairan yang tipis. Radiasi
sinar X yang terlalu banyak akan merusak sel-sel tubuh manusia. Sinar uv dapat
diproduksi oleh lampu khusus yang mengandung uap merkuri atau gas deuterium.
Sinar uv berenergi tinggi dan akan menyebakan luka bakar bila terlalu lama
mengenai kulit. Sinar tampak diproduksi oleh lampu biasa (misalkan, lampu
wolfram). Cahaya putih yang terpancar dari matahari merupakan campuran dari
beberapa cahaya berwarna seperti merah, jingga, kuning, biru, nila, dan ungu.
Sinar infra merah dihasilkan dari benda panas semacam kawat logam globar dalam
bola lampu. Sinar IR
tidak terlihat tetapi dapat dirasakan hangat oleh kulit manusia.
1) Sifat Sinar
Tampak
Cahaya
putih bila diuraikan akan terdiri dari beberapa warna cahaya, yaitu merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Bila kesemua berkas sinar tersebut
digabungkan kembali, amka akan diperoleh cahaya putih kembali.
Warna-warna
pada cahaya tampak akan terlihat bila
ada seberkas cahaya putih direfraksikan oleh prisma, oleh karena cahaya tampak
terdiri dari beberapa warna cahaya, maka cahaya tampak disebut sebagai cahaya
polikromatis. Satu atau beberapa warna dari cahaya tampak dapat dihilangkan
antara lain dengan mengabsorpsi warna tersebut. Setelah absorpsi, maka yang
terlihat adalah warna sisa yang tidak terabsorpsi. Sebagai contoh, larutan CuSO4
terlihat berwarna biru, karena larutan meneruskan warna biru dan menyerap
cahaya kuning ( hijau dan merah). Warna yang diserap oleh larutan tersebut
dinamakan warna komplemennya.
2) Sifat Sinar Ultra Violet
Sinar ultra violet berenergi tinggi, artinya memiliki
panjang gelombang yang pendek. Suatu senyawa dapat menyerap sinar uv bila dalam
senyawa tersebut terdapat gugus fungsi yang disebut sebagai kromofor. Kromofor cenderung memiliki ikatan tak
jenuh atau mengandung gugus fungsi dengan ikatan rangkap.
Tipe
|
Contoh
|
Pita
Serapan (nm)
|
Alkena
|
CH2CH2
|
165 – 193
|
Alkuna
|
CHCH
|
195 – 225
|
Aldehida
|
CH3CHO
|
180 – 290
|
Keton
|
CH3COCH3
|
188 – 279
|
Asam
|
CH3COOH
|
208 – 210
|
Karboksilat
|
204 - 254
|
3) Radiasi
Elektromagnetik
Suatu berkas
radiasi merupakan gelombang elektromagnetik atau foton yang bergerak dengan
kecepatan cahaya. Foton mempunyai sifat partikel dengan energi tertentu dan
pada saat yang sama juga mempunyai sifat gelombang. Sebuah foton yang berasal
dari suatu titik tertentu dalam ruang bergerak dari titik tersebut dalam bentuk
gelombang yang dicirikan dengan vektor medan listrik yang secara berkala
mempunyai titik maksimum pada arah tegak lurus terhadap gelombang. Panjang gelombang
suatu radiasi dinyatakan dalam Angstrom ( 1 A0 = 10-8 m)
atau nanometer ( 1 nm = 10-7 m).
Radiasi juga
mempunyai frekuensi yaitu jumlah gelombang yang melintasi satu titik tertentu
selama waktu tertentu. Panjang gelombang dan frekuensi dihubungkan dengan
energi foton( E ) menurut persamaan :
E = hc/lamda
Dimana : h = Tetapan Planc ( 6,626 x 10-27
erg per detik )
c = Kecepatan Cahaya ( 3 x 108
m/dtk )
Dari persamaan tersebut tampak bahwa energi radiasi
berbeda-beda tergantung pada panjang gelombangnya. Energi semakin kecil dengan semakin
besar panjang gelombang radiasi.
Spektra absorpsi sering diyatakan dalam %T maupun dalam
bentuk A (absorbansi).
Maka, A =
– log (%T)
A = log (Po/P), Po adalah daya
cahaya masuk dan P adalah daya yang diteruskan melewati sampel.
B. Interaksi cahaya dengan materi
Banyak instrumen telah dikembangkan untuk keperluan
pengukuran secara kuantitatif, diantaranya berdasarkan sifat optik senyawa yang
dianalisis. Analisis optik melibatkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan
bahan-bahan kimia. Dalam analisis ini secara umum parameter pengukuran yang
digunakan adalah absorpsi cahaya, hamburan cahaya, emisi cahaya, indeks
refraksi suatu zat, rotasi cahaya yang terpolarisasi.
1) Absorpsi Cahaya
Zat kimia dapat mengabsorpsi cahaya melalui berbagai
cara. Bila zat kimia mengabsorpsi cahaya, maka energi cahaya tersebut diubah
menjadi bentuk energi lain. Elektron valensi pada atom atau ion dapat
mengabsorpsi energi cahaya uv atau visible sehingga menyebabkan elektron pindah
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Atom hanya dapat mengabsorpsi energi bila
energi tersebut setara dengan perbedaan energi dari dua tingkat energi. Kalau
energi cahaya tidak cukup memadai dengan tingkat energi atom, maka cahaya hanya
akan melewatinya tanpa diabsorpsi. Energi berhubungan dengan panjang gelombang.
Oleh karena itu juga berkaitan dengan warna cahaya.
2) Emisi Cahaya
Jika elektron pada keadaan tereksitasi kembali ke tingkat
energi yang lebih rendah kembali, maka akan diemisikan energi dalam bentuk
cahaya. Cahaya yang diemisikan memiliki panjang gelombang tertentu sesuai
dengan perbedaan tingkat energi yang terlibat dalam proses emisi. Karena
panjang gelombang emisi tertentu, maka berarti bahwa cahaya yang diemisikan
akan memiliki warna tertentu.
C. Hukum Dasar
( Hukum Lambert – Beer )
Bila ada
seberkas cahaya melalui sebuah media yang transparant, maka bertambah turunnya
intensitas cahaya yang diteruskan akan sebanding dengan bertambahnya kepekatan
dan konsentrasi media.
A = 3 c t
A
: Absorbansi
Є
: Koefisien Absorptivitas molar
C
: Konsentrasi
t
: Tebal media
Berdasarkan
hukum Lambert Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir),
dan sebagian lagi dipancarkan (It).
- Prinsip Kerja Spektofotometri
Spektrofotometer
bekerja dengan cara mengukur jumlah relatif cahaya dari panjang gelombang yang
berbeda yang diabsorbsi dan ditransmisikan oleh suatu senyawa. Gambar 1
menjelaskan mekanisme kerja spektrofotometer yang mana cahaya putih dibiaskan
oleh prisma menjadi sejumlah cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda.
Cahaya tersebut akan melewati sampel dan kemudian melewati tabung/kuvet yang
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik yang digunakan untuk mengukur
densitas sampel tersebut.
Gambar 1.
Prinsip kerja spektrofotometer
Teknik
spektrofotometri dapat digunakan untuk menganalisi baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan dengan adanya
pola spektrum yang mengenali suatu senyawa dan secara kuantitatif berdasarkan
hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer mengatakan bahwa intensitas suatu cahaya
yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa. Semakin besar suatu
konsentrasi, maka semakin besar nilai absorbasinya. Dengan adanya Hukum ini, maka
dapat dirumuskan nilai absorbansi dengan persamaan:
Keterangan :
A = Absorban
ε = koefisien ekstingsi molar
b = tebal larutan (kuvet)
c = konsentrasi larutan
- Pemanfaatan Spektrofotometri
Spektrofotometri
digunakan sebagai salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang
didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Sedangkan peralatan yang
digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer.
- Jenis-Jenis Spektrofotometri
1. Spektrofotometer
Visible (Spektro Vis)
Pada
spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya
tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat
ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh kita, entah itu putih,
merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata, maka sinar
tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).
Sumber sinar
tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten
yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan
no atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding
logam lainnya. Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.
Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna.
Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi
dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang
dihasilkan harus benar-benar stabil.
Salah satu
contohnya adalah pada analisa kadar protein terlarut (soluble protein). Protein
terlarut dalam larutan tidak memiliki warna. Oleh karena itu, larutan ini harus
dibuat berwarna agar dapat dianalisa. Reagent yang biasa digunakan adalah
reagent Folin.
Saat protein
terlarut direaksikan dengan Folin dalam suasana sedikit basa, ikatan peptide
pada protein akan membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru yang dapat
dideteksi pada panjang gelombang sekitar 578 nm. Semakin tinggi intensitas
warna biru menandakan banyaknya senyawa kompleks yang terbentuk yang berarti
semakin besar konsentrasi protein terlarut dalam sample.
2. Spektrofotometer UV
(ultraviolet)
Berbeda dengan
spektrofotometer visible, pada spektrofotometer UV berdasarkan interaksi sample
dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber
sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen.
Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan
daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara
hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium
diambil dari bahasa Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya
yang memiliki dua pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata
kita, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa
yang tidak memiliki warna.
Oleh karena
itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan
reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa
preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan
filtrasi atau centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus
jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.
Sebagai contoh
pada analisa protein terlarut (soluble protein). Jika menggunakan
spektrofotometri visible, sample terlebih dulu dibuat berwarna dengan reagent
Folin, maka bila menggunakan spektrofotometri UV, sample dapat langsung
dianalisa. Ikatan peptide pada protein terlarut akan menyerap sinar UV pada
panjang gelombang sekitar 280 nm. Sehingga semakin banyak sinar yang diserap
sample (Absorbansi tinggi), maka konsentrasi protein terlarut semakin besar.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding spektrofotometri
visible, terutama pada bagian preparasi sample.
Namun harus berhati-hati
juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa lain selain
analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini berpotensi
menimbulkan bias pada hasil analisa.
3.
Spektrofotometer
UV-VIS
Spektrofotometer
UV Vis merupakan alat yang terdiri dari dua komponen utama yaitu spectrometer
dan fotometer. Spektrometer menghasilkan spectra dengan panjang gelombang
tertentu, sedangkan fotometer merupakan alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif bila energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Kelebihan
spektrometer dari fotometer adalah kemampuan alat tersebut untuk lebih
menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan dengan adanya alat pengurai
seperti prisma, grating atau celah optis.
Berikut
ini adalah diagram alat Spektrofotometer berkas tunggal
Bila
seberkas sinar cahaya keluar dari sumber sinar, maka sinar akan masuk ke dalam
sistem monokromator melalui slit. Monokromator akan menyeleksi panjang
gelombang berkas sinar yang diinginkan untuk memasuki sel. Seleksi panjang
gelombang dilakukan dengan memutar tombol panjang gelombang pada alat.
Selanjutnya sinar yang monokromatis akan masuk melewati sel yang berisi larutan
cuplikan. Sinar yang diteruskan selanjutnya akan masuk ke detector, dan sinyal
detector akan disampaikan ke operator dalam bentuk read out.
S
Sumber
Sinar
Sumber radiasi
dalam spektrofotometri serapan mempunyai dua fungsi, pertama memberikan energi
pada daerah panjang gelombang yang tepat untuk pengukuran, kedua untuk
mempertahankan intensitas sinar yang tetap selama pengukuran. Untuk
spektrofotometer sinar tampak ( Visible) digunakan lampu wolfram sebagai sumber
sinar, lampu wolfram menghasilkan panjang gelombang > 375 nm. Sementara itu
untuk spektrofotometer sinar UV digunakan lampu deuterium yang memiliki panjang
gelombang di < 375 nm. Energi yang dipancarkan sumber sinar bervariasi
sesuai dengan panjang gelombangnya.
S
Monokromator
Monokromator berfungsi untuk memperoleh
sinar yang monokromatis, yaitu sinar dengan satu daerah panjang gelombang.
Berikut adalah beberapa bagian dalam rangkaian monokromator:
·
Celah
Masuk
Berfungsi
mempersempit radiasi yang akan masuk dari sumber radiasi ke zat.
·
Lensa
Kolimator
Berfungsi untuk mengubah sinar menjadi
berkas sinar sejajar
·
Media
Pendispersi
·
Celah
Keluar
Berfungsi untuk mengisolasi sinar yang
diinginkan dengan cara menghalangi sinar lain dan membiarkan sinar yang
diinginkan lewat mencapai zat.
S
Sel
(kuvet)
Sinar monokromatis yang keluar dari
monokromator selanjutnya memasuki sel. Sel adalah tempat disimpannya larutan
contoh yang akan diukur serapannya. Sel atau kuvet untuk tempat larutan diletakkan
pada jalan cahaya dari monokromator. Pada saat cahaya monokromatis melalui sel,
terjadi penyerapan sejumlah tertentu cahaya, sementara sebagian lain diteruskan
ke detektor.
Kuvet
untuk analisis harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
ü
Tidak
berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya
ü
Permukaannya
secara optis harus benar-benar sejajar
ü
Harus
tahan /tidak bereaksi terhadap bahan-bahan kimia khususnya sampel yang akan
diukur
ü
Tidak
boleh rapuh
Bahan-bahan
pada kuvet
o Kaca Silika Biasa : a.
Tahan asam/ basa kuat
b. Tahan
Pelarut Organik
c. Hanya untuk
Visible
o Kuarsa : a. Tahan asam/ basa kuat
b. Tahan
Pelarut Organik
c. Untuk UV
dan Visible
S
Detektor
Berfungsi untuk mengubah energi cahaya
yang ditransmisikan atau diteruskan sel menjadi suatu besaran yang terukur.
Pada umumnya mengubah energi cahaya menjadi energi listrik (arus listrik). Yang
dapat dipakai sebagai detector adalah photo tube atau barrier layer cell yang
keduanya dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik (photo sensitive detector).
o
Photo Emmisive Cell(Foto tube)
Bentuk
yang sederhana terdiri dari suatu bola gelas yang hampa udara atau berisi gas
mulia pada tekanan rendah, misalnya argon pada 0,2 mmHg. Di dalam bola terdapat
katoda yang berbentik lempeng setengah lingkaran dan bagian dalamya dilapisi
zat yang sangat peka terhadap cahaya, misalnya campuran Caesium Oksida atau
kalium oksida dengan perak oksida. Anoda yang terbuat dari cincin logam dan
diletakkan sedikit dekat dengan pusat lingkaran. Anoda dan katoda dihubungkan
dengan suatu baterai. Bila cahaya jatuh pada katoda, maka elektron dibebaskan
dan meloncat ke anoda sehingga dalam sirkuit terdapat aliran elektron (timbul
aliran listrik). Arus yang dihasilkan sangat lemah, karena itu dihubungkan dulu
dengan amplifier sebelum dengan galvanometer. Skala dari galvanometer ditera
dalam skala absorbans atau persen transmisi (%T).
o
Barrier
layer cell
Terdiri
dari sebuah plat logam yang dilapisi dengan suatu lapisan semi konduktor. Biasanya
dipakai logam besi dengan lapisan semi konduktornya selen. Suatu lapisan
transparan yang sangat tipis dari perak diletakkan di atas semi konduktor dan
berlaku sebagai elektron kolektor. Energi cahaya yang jatuh di atas permukaan
akan sampai ke semi konduktor dan mengeksitasi elektron-elektron pada antar
permukaan perak-selen yang akhirnya menuju ke elektron kolektor, suatu daerah
hypotical barrier terjadi diantara permukaan yang memudahkan elektron
meninggalkan semi konduktor menuju ke elektron kolektor. Kekurangan elektron
pada selen akan mengambil dari plat besi sehingga besi bermuatan positif
sedangkan elektron kolektor bermuatan negatif, bila keduanya melalui suatu
galvanometer, maka akan dihasilkan arus listrik.
S
Meter (Read
Out)
Sinyal listrik yang dihasilkan pada
detector dapat dibaca pada meter dengan mengkonversikannya ke dalam besaran
absorbans atau %T.
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri UV-Vis terutama untuk
senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri
visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa
yang berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang
harus diperhatikan :
Pembentukan
molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan
jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang
digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan
pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan
yaitu :
1. Reaksinya selektif dan sensitif.
2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan
reprodusibel.
3. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu
yang lama.
4. Waktu operasional
Cara ini biasa digunakan
untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk
mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan
mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.
Pemilihan
panjang gelombang
Panjang gelombang yang
digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai
absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang
gelombang maksimal, yaitu :
1. Pada panjang gelombang maksimal,
kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut,
perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
2. Disekitar panjang gelombang maksimal,
bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum
lambert-beer akan terpenuhi.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil
sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Rohman, Abdul, 2007).
Aplikasi
Spektrofotometer UV-VIS
Analisis Kualitatif : dipakai
untuk data sekunder atau data pendukung.
1.
Pemeriksaan
kemurnian : dibandingkan dengan standar.
2.
Identifikasi
: pengukuran maks dan
absorpsivitas molar.
3.
Elusidasi struktur : informasi adanya
gugus kromofor dan gugus fungsi melalui profil spektrum
Analisis Kuantitatif
1.
Senyawa Tunggal
: Dengan membandingkan absorban senyawa yang dianalisis dengan reference
standard pada panjang gelombang maksimum.
2.
Senyawa multikomponen :
mengukur absorban campuran pada panjang gelombang maksimum masing-masing
4. Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (disingkat FTIR)
adalah sama dengan Spektrofotometer Infra Red dispersi, yang
membedakannya adalah pengembangan pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah
melewati contoh. Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform Infra
Red adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier
(1768-1830) seorang ahli matematika dari Perancis.
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang
dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau daerah frekwensi.
Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik
dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut
Transformasi Fourier (Fourier Transform).
Selanjutnya pada sistim optik peralatan
instrumen Fourier Transform Infra Red dipakai dasar daerah waktu yang non dispersif.
Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi elektromagnetik yang berdasarkan
daerah waktu adalah interferometer yang
dikemukakan oleh Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831).
Cara Kerja Alat Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
Sistim optik
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red ini dilengkapi dengan cermin yang
bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra merah
akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M
) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut
adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( δ ). Hubungan antara
intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai
interferogram. Sedangkan sistim optik dari Spektrofotometer Infra Red yang
didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistim optik Fourier
Transform Infra Red.
Pada sistim optik Fourier Transform
Infra Red digunakan radiasi LASER (Light Amplification by
Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah
yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik.
Detektor yang digunakan dalam
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red adalah Tetra Glycerine Sulphate
(disingkat TGS) atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT). Detektor MCT lebih banyak
digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu
memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi
tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat
selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
Keunggulan Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
Secara keseluruhan, analisis
menggunakan Spektrofotometer ini memiliki dua kelebihan utama dibandingkan
metoda konvensional lainnya, yaitu :
·
Dapat
digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis dapat
dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau pemindaian.
·
Sensitifitas
dari metoda Spektrofotometri Fourier Transform Infra Red lebih besar daripada
cara dispersi,
sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus
melalui celah.
- Cara Penggunaan Spektrofotometer
a. PC dan boot sistem operasi PC
dinyalakan. Jika printer telah terhubung ke sistem, maka nyalakan printer.
b. Dinyalakan spektrofotometer dan ditunggu
sampai cahaya indikator spektrofotometer berwarna hijau. Proses ini meliputi
pengujian spektrofotometer dan mengambil waktu sekitar 1 menit.
c. Diletakkan
sampel yang telah dimasukkan kedalam
kuvet pada sample compartment. Sebelum sample di ukur, preparasi
sample terlebih dahulu.
d. Sistem siap untuk digunakan.
e. Lampu hijau akan berkedip, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran
sedang berlangsung.
f. Jika spektrofotometer berhenti, hal ini menunjukkan bahwa pengukuran telah siap berlangsung.
g. Data absorbansi dan spektrum akan terbaca di
komputer,
yang berbentuk grafik hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi.
- Cara Perawatan Spektrofotometer
è
Cara
Perawatan dan Penyimpanan Alat :
1.
Sebelum
digunakan, biarkan mesin warming-up selama 15-20 menit.
2.
Spektrofotometer
sebisa mungkin tidak terpapar sinar matahari langsung, karena cahaya dari
matahari akan dapat mengganggu pengukuran.
3.
Simpan
spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas meja yang
permanen.
4.
Pastikan
kompartemen sampel bersih dari bekas sampel.
5.
Saat
memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering.
6.
Lakukan
kalibrasi panjang gelombang dan absorban secara teratur.
è
Hal-hal
yang harus diperhatikan :
Ø
Larutan
yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan
yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak berwarna, maka larutan
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi larutan yang berwarna. Kecuali
apabila diukur dengan menggunakan lampu UV.
Ø
Panjang
gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan
adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini
dikarenakan pada panajgn gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena
pada panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal, akan
terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer dapat
terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan
kecil sekali.
Ø
Kalibrasi
Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer
digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan dan cahaya yang
diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh
benda. Tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu
tergantung pada senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan
kalibrasi panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar pengukuran
yang di dapatkan lebih teliti.
- Cara Kalibrasi Spektrofotometer
Kalibrasi yang dimaksud ini adalah
men-seting blank alat spektrofotometer, sebelum digunakan untuk analisis.
Secara umum sbb:
1.
Nyalakan
alat spektrofotometer
2.
Isi
kuvet dengan larutan blanko (aquades)
3.
Diseting/diatur
panjang gelombang untuk kalibrasi. Keterangan: 0%T itu diukur saat kuvet dalam
keadaan kosong. 100%T itu diukur saat kuvet dalam keadaan terisi larutan.
4.
Kuvet
berisi larutan blanko dimasukkan ke spektrofotometer
5.
lalu
tekan tombol 0 ABS 100%T, tunggu sampai keluar kondisi setting blank (dalam
bentuk teks)
Contoh tabel pengamatan absorbansi sebagai
fungsi gelombang
dapus :
Scribd.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar